Pages
dia suka gambar saya.
dia suka binder saya { yang isinya kata-kata dan rupa-rupa}
lalu, kapan dia suka sama saya?
{ gawat, saya wanita lajang yang brutal! }
saya kira semudah itu. untuk sekedar melupakannya, menghapus keberadaannya, dan menggantikan posisinya. tapi nyatanya hati saya nggak bisa diajak kompromi juga. saya lagi di setiabudhi nih. merelakan diri untuk ikutan temen makan surabi enhaii.
dan sepersekian detik setelah saya mengirup udara wilayah ini, entah kenapa tiba-tiba hati saya berasa....
ah. sedikit pahit dan agak masam.
ini memang masih terlalu cepat sepertinya. baru empat hari lalu saya meningalkan ruang biru itu dengan tersedu, dan sepenuhnya pergi kemarin sabtu.
bahkan lidah saya pun masih belum bisa benar mengucapkan "mantan" . lagi2 yang keluar cuma kata-kata pacar - atau cowo gw....
dan memang laki-laki lebih sering menyarangkan otaknya di kepala penis dibanding kepala tubuh aslinya.
diadaptasi dari kata-kata goz beberapa malam lalu.
kaki saya melangkah perlahan, meninggalkan kotak biru dan pemiliknya untuk selanjut-selanjutnya.saya telah memilih melepaskan dan bukannya mempertahankan.saya tahu setelah dialog semalaman, sesubuhan dan di selipan pepagian.
saya mulai mencintainya.
maka dalam pilihan saya untuk melepaskan,saya mengulang-ulang namanya di dalam hati saya yang kebat-kebit,memintanya untuk membuat saya tidak basah air mata dan menahan tangisan yang menggetar dalam suara.dan dia seperti biasanya selalu mendengarkan saya.dia membantu saya menahannya,membantu saya menyimpulkan,membantu saya soal pilihan.
siapa bilang saya sekarang sendirian?baru saja berdetik tubuh saya diseret keluar dari kotak biru masa lalu itu,tiba-tiba dia memanggil-manggil saya...mengajak saya ke kotak baru.
ke kotaknya.
lalu saya membisikkan niat untuk melanjutkan cinta baru saya yang dimulai malam tadi.
saya masuk ke kotaknya.sepersekian detik setelah panggilannya.membasahi tangan - wajah - kepala - kaki saya di ruang tamunya.membaluti tetubuhan saya di ruang keluarganya.dan menemui di kamarnya.
berdialog lagi.
lagi. lagi.
hari ini saya minta sedikit dan sedikit tapi lagi-lagi.
biarkan hanya kamu yang saya cinta sepenuh hati,
dan soal laki-laki?biarkan hanya separuh lagi.
jangan biarkan saya berhenti.
dan saya tau,kamu selalu mendengarkan,
semendengarkan semalam tadi dan malam-malam sampai pepagi sebelum-belumnya hingga nanti.
biarkan saya mencintamu terus-terusan sampai saya mati dan hidup lagi.
malam ini,
detik ini,
saya nyaris menangis dua kali.
tapi tangisan kedua ini bukan untuk si laki-laki itu karena penyebab yang tadi.
(ah intuisi saya memang tidak pernah bohong. walau nyatanya saya cuma dibisiki sedikit dan selebihnya telinga saya dibuat kedap suara)
tapi saya menangisi Tuhan, untuk keapatisan saya yang berlebihan. sepertinya saya memang terlalu hitam karena dosa dan juga jadi buta. iya. saya. hati saya.
lalu di detik ini saya benar-benar menangis ketika teman saya baru saja bilang kalau mungkin ini panggilan-Nya untuk mendekat lagi.
saya memang terlalu jauh. terlalu sangat jauh. sudah sejauh itu.
lalu sepertinya, bahkan dengan ketidak perdulian saya yang setengah mati itu pun lalu seolah-olah Dia menyapa saya lagi.
melalui jawaban yang sedari kemarin saya ulang-ulangi dan saya tanya-tanyakan lagi di setiap akhir pertemuan saya yang begitu j a r a n g dengan-Nya.
melalui malam ini. melalui sedikit sakit hati.
melaui monolog dari otak yang dititipkan pada saya sekarang ini.
entah bagaimana caranya dengan sebegitu ajaib Dia masih sesayang itu pada saya.
dia benar-benar memberi apa yang saya butuhkan. dan menjaga saya sebaik itu.
menjaga saya. menjaga saya. menjaga saya.
menjaga saya yang semakin kesini semakin imbisil dan tidak prinsipil.
menjaga saya yang semakin kesini semakin tolol untuk tidak menjaga cinta saya pada-Nya.
menjaga saya yang semakin kesini semakin jauh dari-Nya dan semakin dekat padanya.
huff.....
malam ini saya minta sedikit saja, Tuhan.
biarkan saya ditumbuhi cinta pada-Mu lagi.
biarkan saya dibawa-Mu untuk mendekat lagi.
ini malam ramadhan, Tuhan.
saya tahu, Kamu mendengar jelas-jelas.
dan saya tahu, Kamu ada di sini.
jadi jangan biarkan saya pergi lagi.
jangan biarkan ini sekedar jadi bumbu emosi...
saya minta sedikit saja dari semesta karunia.
tapi kadang-kadang...
saya juga ingin selalu seperti ini...
seperti kemarin ketika saya menemuinya dengan kekangenan saya yang membuncah sebesar gajah yang mengejawantah...
lalu saya diperlakukan semanis-manisnya gula kapas yang menggelantung di sudut hingar pasar malam...
ah,
maka seandai-andainya saja ini terjadi dan terjadi disetiap kali peraduan kami,
rasanyapilihan itu tidak membentuk komunitas tukang sayat yang menyayat-nyayati saraf otak saya dengan sebilah kebingungan yang terus-terusan...
ah,
sebetulnya kalau-kalau situasi ini menggerayangi saya di suatu saat nanti di mana jari-jari sudah dikunci dengan cincin berkilat beribu karat, malah jadinya saya akan senang-tenang saja dan menikmati setengah mati..
sayangnya situasi tidak melulu serasi dengan kondisi
sambil makan gula kapas pun saya jerit-jerit ingin melarikan diri dari rumah hantu-hantu palsu...
ini lanjutan dari cerita prioritas dan posisi tadi. ah akhirnya saya tidak menanyakan secuil pun mengenai dua hal sialan itu. habisnya taunya si pelaku tindak kecuekan yang saya sebut-sebut mengalami kecelakaan yang lebih dari sekedar menyisakan luka kecil di lututnya.
(yang saya balas tidak perdulikan atas dasar ketidakperduliannya terhadap saya).
ah, lalu ini berubah menjadi soal intuisi.
kamu tahu, kadang-kadang saraf-saraf otak saya suka menelanjangi rahasia yang tersembunyi entah dimana. tapi ini cuma untuk orang-orang itu. orang-orang tertentu. entah kenapa juga secara ajaib kadang-kadang mereka membisik-bisiki ke telinga saya melulu dan melulu.
seperti halnya kejadian yang tadi itu.
ketika pacar saya berangkat kembali untuk mengambil charger baterai saya yang tertinggal dan saya dibiarkan menunggu, tiba-tiba saja saya merasa ada yang salah dengan pacar saya itu. dan diantara penungguan saya yang semakin larut, tiba-tiba terbersit berulang kali bahwa dia kenapa-kenapa. kecelakaan. kecelakaan.
ah, kata mama jangan suka mikir yang enggak-enggak...
lalu saya tepis saja.
dan ketika dia sampai dengan memamerkan lutut berlukanya, saya cuma tersenyum pahit.
saya sudah agak tahu sebelumnya. dan karena dia tidak bilang apa-apa, maka saya cukup bersyukur karena toh itu sepertinya hanya kecelakaan kecil saja. (sialnya ternyata dia memang kecelakaan dengan adegan yang cukup berbahaya.)
ini terjadi tidak cuma sekali. lalu kemudian saya pikir saya oke juga dalam soal intuisi.
habisnya sebelum-sebelumnya saya juga suka merasa terpikirkan reza ketika tanpa saya duga-duga dia ada di sekitar saya. dan saya telpon, dan benar saja.
(ini terjadi berkali-kali semenjak dia berstatus mantan saya.)
ah, ada-ada saja....
ini soal prioritas, posisi, dan minggu malam yang sendiri.
sejak kapan keperdulian menjadi sesuatu yang tidak berarti?
ah, kemarin siang sambil pura-pura tertidur saya menangis-nangis di bis damri yang cukup sesak tanpa ambil pusing kalau-kalau di kanan kiri saya ada yang mengamati. habisnya saya sudah tidak tahan lagi. setiap kali saya dibiarkan bergumul dengan monolog tolol saya yang tak ada habis-habisnya itu, maka entah kenapa argumen-argumen sok tahu yang mengiriskan sembilu dihati saya sendiri itu mulai merangsang kelenjar air mata di atasnya untuk membuncahkan anak-anaknya, yang pada awalnya bisa saya tunda-tunda, saya hapus-hapusi sedikit, tapi seperti halnya hujan-hujan di musim entah apa ini tiba-tiba saja jadi deras dan menggerayangi pipi saya yang telanjang. lalu sambil memeluk erat-erat tas ubur-ubur oranye saya, maka saya tumpahkan semuanya. padahal ini cuma soal prioritas dan posisi. entah kenapa atau mungkin atas dasar ego seorang sakit saing itu saya benar-benar berharap akan menjadi prioritas utama dan posisi unggul di matanya. yang didahulukan. itu saja. dan ketika fakta memutarbalikkan setumpung angan yang saya naiki tinggi-tinggi, saya terpelanting dan kecewa sepenuhnya. saya tidak tahu pasti ini salah siapa. tapi kenapa kata maaf itu tidak tersenandungkan juga?
ah, alhasil ini cuma minggu malam yang sepi.
tanpa kamu dan saya, cuma karena prioritas dan posisi.